Storyline by
Summer
Judul
Summer Triangle
Genre
Romance, Drama, Friendship
Rating
PG-13
Main Cast
EXO-M’s Kris Wu
SNSD’s Kim Taeyeon
@kumalakartika
Disclaimer
Saya terinspirasi dari apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, dan apa yang saya rasakan
Sinopsis
“Tuhan sudah menakdirkan manusia kapan mereka hidup dan kapan mereka akan mati. Jadi kau tak perlu khawatir.” ~ Kim Taeyeon.
“Bukankah kau berjanji untuk tetap menjadi Altair-ku sementara aku menjadi Vega-mu ? Jadi jangan pernah tinggalkan aku”. ~ Kris Wu.
Prompts
I shouldn’t have become to know these feelings.
There will never be a second time we’ll see each other.
I want to see you, I want to see you.
Even now I think about the summer days you spent with me…
(Supercell – Utakata Hanabi)
Kalau kalian menginginkan cerita panjang yang berakhir manis dan dramatis, kusarankan kalian untuk menutup cerita ini dan jangan sekalipun berusaha untuk membaca. Karena mungkin kalian akan terkejut dan berfikir bahwa ini bukanlah cerita yang kalian cari. Karena cerita ini bukanlah cerita yang berisikan kata-kata manis ataupun menyenangkan. Ini adalah cerita dimana kita akan kembali mengingat masa kecil. Waktu dimana semua hal rasanya baik-baik saja. Dimana hidup terasa begitu lurus tanpa simpangan di tengah jalan. Tapi, disanalah juga semua berawal. Persahabatan, keberanian, dan cinta, tumbuh dimana kita masih bisa bernyanyi gembira tanpa sedikitpun memusingkan segala sesuatu yang ada.
Ini adalah kisah tentang harapan, pilihan, dan hal yang harus kita korbankan.
2012
Jalanan yang becek dan suara kendaraan yang menderu, terdengar samar di ujung jalan perumahan yang sempit di pinggiran distrik Yizhuang. Kris keluar dari taksi kuning yang baru saja membawanya dari Stasiun Yizhuangzhen dengan senyum terkembang. Tas hitam yang ia gendong bergerak-gerak seirama langkahnya yang tenang. Di musim semi yang ke dua puluh satu, ia kembali pulang ke rumahnya setelah tiga tahun ia belajar ke ibu kota negara yang berjarak ratusan kilometer dari rumahnya.
Ia berjalan melewati minimarket kecil dan mengambil arah kiri di sebuah perempatan sempit sekitar tiga puluh meter dari minimarket itu. Sembari melihat-lihat beberapa rumah yang baru saja dibangun, ia tak henti-hentinya menarik nafas dengan bahagia. Selama tiga tahun, organ pernafasannya sudah cukup muak untuk terus berteman dengan debu dan polusi di kota Beijing yang langitnya selalu terlihat gelap karena begitu banyaknya kendaraan disana.